24 Okt 2013

Handel dan Opera Barok


Pada pertengahan abad ke-18, apa yang menjadi ideal musico-dramatic dan ideal artistic opera dari Camerata dikorbankan demi komersialisme. Kualitas libretto menurun drastis karena tuntutan theatrical spectacle. Opera kemudian menjadi sarana bagi para penyanyi untuk memamerkan virtuositasnya. Di tengah suasana yang sangat mementingkan komersialisme, komponis opera yang berhasil adalah Georg Friedrich Händel (1685-1759) – “di-Inggriskan” menjadi George Frederic Handel.


Handel tidak hanya dikenal sebagai komponis opera, melainkan sebagai komponis oratorio, baik itu yang sakral maupun yang sekuler. Opera seria Italinya digubah untuk penontonnya di Inggris. Sebagai catatan yang perlu disampaikanbahwa Handel adalah orang Jerman, tetapi Ia sukses besar di Inggris; bahkan menjadi “warga negara” Inggris.

Semasa hidupnya, Handel telah menggubah lebih dari 40 opera, tetapi yang paling menonjol adalah: Almira (1750), Rodrigo (1707), Agrippina (1709), Rinaldo (1711), Radamisto (1720), Acis and Galatea (1720), Floridante (1721), Giulio Cesare (1723), Tamerlano (1724), Rodelinda (1725), Scipione (1726), Admeto (1727), Siroe (1728), Partenope (1730), Poro (1731), Ezio (1732), Adrianna (1734), Atalanta (1736), Berenice (1737), Faramondo (1738), Serse (1738), Imeneo (1740), dan Deidemia (1741).

Genre opera seria bertujuan untuk meng-recreated tragedi atau mitos atau sejarah Yunani Kuno dalm bentuknya yang musico-dramatic. Opera seria tersebut selalu ber-setting kebangsawanan, heroik atau tragis. Bangsawan yang berkuasa pada masa itu diidentifikasi dengan karakterisasi dan kisah yang dihadirkan di dalam opera seria tersebut. Tidaklah mengherankan bila tokoh protagonis dalam cerita selalu merupakan seorang bangsawan yang sifatnya bijak.

Pada pertengahan abad ke-18, kepopuleran opera seria menurun. Masyarakat menilai bahwa genre itu terlalu kaku, terlalu formal dan kurang dalam hal dramatisnya. Bahkan ada beberapa yang memandangnya sebagai hiburan teatrikal yang tidak masuk akal. Tetapi masalah ekonomi juga berperan disini. Opera seria menggunakan spectacle yang sangat mewah dengan biaya produksi yang sangat tinggi. Selain itu, castrato dan penyanyi prima dona meminta bayaran yang sangat tinggi.

Maka opera seria menjadi bahan cemoohan. Pada tahun 1728 misalnya, John Christoph Pepusch menggubah The Beggar’s Opera. Apa yang digubahnya itu sangat serius, tetapi gubahannya merupakan satir terhadap opera seria. Tokoh protagonisnya adalah bukan bangsawanseperti dalam opera seria, melainkan para pencuri, pelacur dan criminal lainnya. Bahasanya pun sangat vulgar; dan dengan cerdasnya Pepusch mengadaptasi lagu-lagu populer yang digubah oleh para komponis pada masa itu.

Handel menjadi korban dalam suasana seperti tu. Setelah Imeneo (1740) dan Deidemia (1741) gagal menarik hati publik London, Ia mengambil keputusan untuk meninggalkan genre itu. Ia kemudian berkonsentrasi pada musik oratorio. Tidaklah mengherankan bila musik oratorio-nya berbeda dengan musik oratorio yang ada pada masa itu; hal ini disebabkan karena Ia masih dipengaruhi oleh musik-musik operanya. Sebagai catatan perlu disampaikan bahwa oratorio telah digubah sebelum Handel; dan bahkan oratorio dikenal sebagai musik Gereja Katolik di Roma. Karya oratorio adikarya Handel yang tercipta pada masa itu adalah Messiah, Samson dan Semele.


Artikel Menarik Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar